OLEH:
SHENNY
FITHRIANI
1. Konsep
dan Definisi Kemiskinan
Ada beberapa ahli yang memberi batasan dan definisi.
Salah satu ahli yang terkenal adalah Priyono Tjiptoherianto, menurutnya bahwa
memerangi kemiskinan merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi.
Secara umum kemiskinan mempunyai arti ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan non fisik. Ada ahli lain seperti
yang diuraikan oleh Prof. Suparlan bahwa Kemiskinan tidak hanya muncul secara
strukturan atau akibat kebijakan namun demikian kemiskinan dan ciri cirinya
sebagai suatu kebudayaan atau sebagai suatu sub kebudayaan dengan struktur dan
hakikatnya yang tersendiri, yaitu sebagai suatu cara hidup yang diwarisi dari
generasi ke generasi melalui garis keluarga. Sementara
itu suparlan sendiri berpandangan bahwa kebudayaan kemiskinan di negara-negara
modern bukan hanya menyangkut masalah kelumpuhan ekonomi, masalah disorganisasi
atau masalah kelangkaan sumber daya, melainkan di dalam beberapa hal juga
bersifat positif karena memberikan jalan ke luar bagi kaum miskin untuk
mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya.
Kebudayaan Kemiskinan tersebut mencerminkan suatu upaya
mengatasi rasa putus asa dan tanpa harapan, yang merupakan perwujudan dari
kesadaran bahwa mustahil dapat meriah sukses di dalam kehidupan sesuai dengan
nilai-nilai dan tujuan masyarakat yang lebih luas. Sekali kebudayaan tersebut
tumbuh, ia cenderung melanggengkan dirinya dari generasi ke generasi melalui
pengaruhnya terhadap anak-anak. Kemiskinan menurut Suparlan, adalah suatu
standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi
pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang
umum berlaku dalam masyarakat bersangkutan. Standar
kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap
kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong
sebagai orang miskin. Kemiskinan juga sesungguhnya muncul tanpa disadari dan disengaja
karena penyebab utama bukan disebabkan oleh orang/individu yang bersangkutan
namun karena berbagai faktor yang datang dari luar. Menurut Mubyarto , golongan
miskin adalah golongan yang rawan pangan yang berpengaruh negatif terhadap
produktifitas kerja dan angka kematian balita. Menurut
Salim (1984: 61), mendifinisikan golongan miskin adalah mereka yang
berpendapatan rendah karena rendahnya produktifitas, di mana rendahnya tingkat
produktifitas disebabkan oleh : 1. tidak memiliki asset produksi, 2. lemah
jasmani dan rohani.
2. Jenis-jenis Kemiskinan dan Indikatornya
Kemiskinan tidak hanya menjadi
permasalahan bagi negara berkembang, bahkan negara-negara maju pun mengalami
kemiskinan walaupun tidak sebesar negara Dunia Ketiga. Secara umum, jenis-jenis
kemiskinan dapat dibagi menjadi dua, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan
relatif. Pertama, kemiskinan absolut, di mana dengan pendekatan ini
diidentifikasi jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan tertentu.
Kedua, kemiskinan relatif, yaitu pangsa pendapatan nasional yang diterima oleh
masing-masing golongan pendapatan. Berbeda dengan kemiskinan absolut,
kemiskinan relatif bersifat dinamis dan tergantung di mana seseorang tinggal.
Untuk lebih mengetahui secara pasti
tingkat kemiskinan suatu masyarakat maka diciptakan indikator kemiskinan atau
garis kemiskinan. Di Indonesia, garis kemiskinan BPS menggunakan dua macam
pendekatan, yaitu pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach) dan
pendekatan Head Count Index. Selain itu, terdapat garis kemiskinan lainnya, yaitu
garis kemiskinan Sajogyo dan garis kemiskinan Esmara. Sajogyo mendefinisikan
batas garis kemiskinan sebagai tingkat konsumsi per kapita setahun yang sama
dengan beras. Kelemahan dari metode ini adalah hanya menggunakan acuan satu
harga komoditi dan porsinya dalam anggaran keluarga, bahkan dalam keluarga
miskin, menurun secara cepat. Berdasarkan kelemahan tersebut Esmara mencoba
untuk menetapkan suatu garis kemiskinan pedesaan dan perkotaan yang dipandang
dari sudut pengeluaran aktual pada sekelompok barang dan jasa esensial, seperti
yang diungkapkan secara berturut-turut dalam Susenas.
2. Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan, menurut Sharp et al., dapat
disebabkan oleh ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya, perbedaan dalam
kualitas sumber daya manusia dan disebabkan oleh perbedaan akses dalam modal.
Sedangkan lingkaran setan kemiskinan versi Nurkse sangat relevan dalam
menjelaskan fenomena kemiskinan yang terjadi di negara-negara terbelakang. Menurutnya negara miskin itu miskin karena dia miskin (a
poor country is poor because it is poor).
Menurut Thorbecke, kemiskinan dapat lebih cepat tumbuh di
perkotaan dibandingkan dengan perdesaan karena, pertama, krisis cenderung
memberi pengaruh terburuk kepada beberapa sektor ekonomi utama di wilayah
perkotaan, seperti konstruksi, perdagangan dan perbankan yang membawa dampak
negatif terhadap pengangguran di perkotaan; kedua, penduduk pedesaan dapat
memenuhi tingkat subsistensi dari produksi mereka sendiri. Hasil studi atas 100
desa yang dilakukan oleh SMERU Research Institute memperlihatkan bahwa
pertumbuhan belum tentu dapat menanggulangi kemiskinan, namun perlu pertumbuhan
yang keberlanjutan dan distribusi yang lebih merata serta kemudahan akses bagi
rakyat miskin.
- Ciri-ciri dan Ukuran Kemiskinan
Ciri–ciri
kemiskinan pada umumnya dipaparkan sebagai berikut : a. Salim memberikan ciri –
ciri kemiskinan sebagai berikut : 1. mereka yang tidak mempunyai faktor
produksi sendiri (seperti tanah, modal dan keterampilan) 2. tidak memiliki
kemungkinan untuk memiliki asset produksi dengan kekuatan sendiri. 3. rata-rata
pendidikan mereka rendah. 4. sebagian besar mereka tinggal di pedesaan dan
bekerja sebagai buruh tani. yang tinggal di kota kebanyakan mereka yang berusia
muda dan tidak memiliki keterampilan dan pendidikannya rendah.
b. Menurut Juoro, golongan miskin yang tinggal di kota ialah mereka yang hidup
di suatu perekonomian yang biasa disebut slum. Mereka bukanlah
gelandangan karena mempunyai pekerjaan, tempat tinggal, aturan hidup
bermasyarakat dan memiliki aspirasi.
Sementara itu menurut Azhari (1992), menggolongkan
kemiskinan kedalam tiga macam kemiskinan yaitu : 1. Kemiskinan alamiah,
Kemiskinan yang timbul sebagai akibat sumber daya yang langka jumlahnya, atau
karena perkembangan tingkat tehnologi yang sangat rendah. Termasuk didalamnya adalah kemiskinan akibat jumlah penduduk
yang melaju dengan pesat di tengah- tengah sumber daya alam yang tetap. 2.
Kemiskinan structural, Kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat
karena struktur sosial sedemikian rupa, sehingga masyarakat itu tidak dapat
menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.
Kemiskinan struktural ini terjadi karena kelembagaan yang ada membuat anggota
atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-
fasilitas secara merata. Dengan perkataan lain kemiskinan ini tidak ada
hubungannya dengan kelangkaan sumber daya alam. 3. Kemiskinan cultural,
Kemiskinan yang muncul karena tuntutan tradisi / adat yang membebani ekonomi
masyarakat, seperti upacara perkawinan, kematian atau pesta pesta adat
lainnya.termasuk juga dalam hal ini sikap mentalitas penduduk yang lamban,
malas, konsumtif serta kurang berorientasi ke masa depan.
Kondisi Kemiskinan di Indonesia Saat
Ini
Kita
menyadari bahwa kemajuan ekonomi, sosial dan budaya telah mendapat perhatian
internasional melalui pengesahan konvensi PBB Hak-Hak Ekosob. Meskipun
pemerintah telah berupaya meningkatkan kesejahteraan umum, namun gambaran
sosial ekonomi negara kita sangat memprihatinkan. Jumlah Penganggur di
Indonesia saat ini mencapai angka 6.32% atau setara dengan 7,61 juta penduduk,
bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita seperti Singapura 2,1%,
Malaysia 3%, Philipina 6%. Sedangkan Jumlah Kemiskinan di Indonesia tahun 2012
mencapai 12% atau sebanyak 30 juta orang, bahkan provinsi lain seperti Papua
31%, NTT 21,23%, Maluku 23% dan DIY 16,08%. Sementara Tingkat Partisipasi
Pendidikan di Indonesia rata-rata nasional 97% namun kondisi sangat
memprihatinkan bila melihat Provinsi Papua hanya 76%, NTT 88%, NTB 82 %.
Demikian pula angka kematian bayi juga mencapai 40% dan angka kematian Ibu
mencapai 56%. Human Development Indonesia (HDI) pada tahun 2010 mencapai
rata-rata nasional 72, namun dari 33 Provinsi di Indonesia hanya 17 provinsi yang
lebih tinggi dari rata-rata nasional, sedangkan 16 provinsi lainnya masih
dibawah 72 atau rata-rata nasional. Bahkan pada tahun 2011 Human Development
Indonesia berada di urutan ke 124 dari uritan 108 di tahun 2010. Oleh karena
itu maka tidak mengherankan jika tingkat kemampuan daya saing Indonesia turun 4
digit dari 46 menjadi 50.
Pada
tahun 2012,Anggaran yang berorientasi pada pengentasan pengangguran meskipun
mencapai 47 trilyun, namun anggaran tersebut tidak terfokus pada pengentasan
pengangguran itu sendiri sehingga pemerintah hanya menargetkan pengentasan
pengangguran untuk tahun 2012 hanya memncapai 500 ribu orang atau berkurang
setengah persen dari 12% menjadi 11.5%.
Daftar
Pustaka
1. Emil Salim, Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan,
tp. Jakarta, 1984
2. http://www.damandiri.or.id/file/ninghandayaniumsaddbab2.pdf
3. Mubyarto, Prospek Perdesaan, Pusat P3K UGM, Yogyakarta, 1990
4. Suparlan, Parsudi,. Kemiskinan di Perkotaan, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta, 1993
5. Tjiptoherijanto, Priyono,
Menghapus Kemiskinan Perdesaan,tp. Jakarta. 1997
6. Umar Juoro, Masalah Terdepan Dalam Pembangunan Ekonomi
Indonesia, Penerbit Alumni, Jakarta. 1985
Umar Juoro, Masalah Terdepan Dalam
Pembangunan Ekonomi Indonesia, Penerbit Alumni, Jakarta. 1985, hal.8
0 komentar:
Posting Komentar