Selasa, 23 Oktober 2012

KEMISKINAN


OLEH: 
SHENNY FITHRIANI

1. Konsep dan Definisi Kemiskinan
Ada beberapa ahli yang memberi batasan dan definisi. Salah satu ahli yang terkenal adalah Priyono Tjiptoherianto, menurutnya bahwa memerangi kemiskinan merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi. Secara umum kemiskinan mempunyai arti ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan fisik dan non fisik. Ada ahli lain seperti yang diuraikan oleh Prof. Suparlan bahwa Kemiskinan tidak hanya muncul secara strukturan atau akibat kebijakan namun demikian kemiskinan dan ciri cirinya sebagai suatu kebudayaan atau sebagai suatu sub kebudayaan dengan struktur dan hakikatnya yang tersendiri, yaitu sebagai suatu cara hidup yang diwarisi dari generasi ke generasi melalui garis keluarga. Sementara itu suparlan sendiri berpandangan bahwa kebudayaan kemiskinan di negara-negara modern bukan hanya menyangkut masalah kelumpuhan ekonomi, masalah disorganisasi atau masalah kelangkaan sumber daya, melainkan di dalam beberapa hal juga bersifat positif karena memberikan jalan ke luar bagi kaum miskin untuk mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya.
Kebudayaan Kemiskinan tersebut mencerminkan suatu upaya mengatasi rasa putus asa dan tanpa harapan, yang merupakan perwujudan dari kesadaran bahwa mustahil dapat meriah sukses di dalam kehidupan sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan masyarakat yang lebih luas. Sekali kebudayaan tersebut tumbuh, ia cenderung melanggengkan dirinya dari generasi ke generasi melalui pengaruhnya terhadap anak-anak. Kemiskinan menurut Suparlan, adalah suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin. Kemiskinan juga sesungguhnya muncul tanpa disadari dan disengaja karena penyebab utama bukan disebabkan oleh orang/individu yang bersangkutan namun karena berbagai faktor yang datang dari luar. Menurut Mubyarto , golongan miskin adalah golongan yang rawan pangan yang berpengaruh negatif terhadap produktifitas kerja dan angka kematian balita. Menurut Salim (1984: 61), mendifinisikan golongan miskin adalah mereka yang berpendapatan rendah karena rendahnya produktifitas, di mana rendahnya tingkat produktifitas disebabkan oleh : 1. tidak memiliki asset produksi, 2. lemah jasmani dan rohani.
2. Jenis-jenis Kemiskinan dan Indikatornya
Kemiskinan tidak hanya menjadi permasalahan bagi negara berkembang, bahkan negara-negara maju pun mengalami kemiskinan walaupun tidak sebesar negara Dunia Ketiga. Secara umum, jenis-jenis kemiskinan dapat dibagi menjadi dua, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Pertama, kemiskinan absolut, di mana dengan pendekatan ini diidentifikasi jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan tertentu. Kedua, kemiskinan relatif, yaitu pangsa pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing golongan pendapatan. Berbeda dengan kemiskinan absolut, kemiskinan relatif bersifat dinamis dan tergantung di mana seseorang tinggal.
Untuk lebih mengetahui secara pasti tingkat kemiskinan suatu masyarakat maka diciptakan indikator kemiskinan atau garis kemiskinan. Di Indonesia, garis kemiskinan BPS menggunakan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach) dan pendekatan Head Count Index. Selain itu, terdapat garis kemiskinan lainnya, yaitu garis kemiskinan Sajogyo dan garis kemiskinan Esmara. Sajogyo mendefinisikan batas garis kemiskinan sebagai tingkat konsumsi per kapita setahun yang sama dengan beras. Kelemahan dari metode ini adalah hanya menggunakan acuan satu harga komoditi dan porsinya dalam anggaran keluarga, bahkan dalam keluarga miskin, menurun secara cepat. Berdasarkan kelemahan tersebut Esmara mencoba untuk menetapkan suatu garis kemiskinan pedesaan dan perkotaan yang dipandang dari sudut pengeluaran aktual pada sekelompok barang dan jasa esensial, seperti yang diungkapkan secara berturut-turut dalam Susenas.

2. Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan, menurut Sharp et al., dapat disebabkan oleh ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya, perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia dan disebabkan oleh perbedaan akses dalam modal. Sedangkan lingkaran setan kemiskinan versi Nurkse sangat relevan dalam menjelaskan fenomena kemiskinan yang terjadi di negara-negara terbelakang. Menurutnya negara miskin itu miskin karena dia miskin (a poor country is poor because it is poor).
Menurut Thorbecke, kemiskinan dapat lebih cepat tumbuh di perkotaan dibandingkan dengan perdesaan karena, pertama, krisis cenderung memberi pengaruh terburuk kepada beberapa sektor ekonomi utama di wilayah perkotaan, seperti konstruksi, perdagangan dan perbankan yang membawa dampak negatif terhadap pengangguran di perkotaan; kedua, penduduk pedesaan dapat memenuhi tingkat subsistensi dari produksi mereka sendiri. Hasil studi atas 100 desa yang dilakukan oleh SMERU Research Institute memperlihatkan bahwa pertumbuhan belum tentu dapat menanggulangi kemiskinan, namun perlu pertumbuhan yang keberlanjutan dan distribusi yang lebih merata serta kemudahan akses bagi rakyat miskin.
  1. Ciri-ciri dan Ukuran Kemiskinan
Ciri–ciri kemiskinan pada umumnya dipaparkan sebagai berikut : a. Salim memberikan ciri – ciri kemiskinan sebagai berikut : 1. mereka yang tidak mempunyai faktor produksi sendiri (seperti tanah, modal dan keterampilan) 2. tidak memiliki kemungkinan untuk memiliki asset produksi dengan kekuatan sendiri. 3. rata-rata pendidikan mereka rendah. 4. sebagian besar mereka tinggal di pedesaan dan bekerja sebagai buruh tani. yang tinggal di kota kebanyakan mereka yang berusia muda dan tidak memiliki keterampilan dan pendidikannya rendah. b. Menurut Juoro, golongan miskin yang tinggal di kota ialah mereka yang hidup di suatu perekonomian yang biasa disebut slum. Mereka bukanlah gelandangan karena mempunyai pekerjaan, tempat tinggal, aturan hidup bermasyarakat dan memiliki aspirasi.
Sementara itu menurut Azhari (1992), menggolongkan kemiskinan kedalam tiga macam kemiskinan yaitu : 1. Kemiskinan alamiah, Kemiskinan yang timbul sebagai akibat sumber daya yang langka jumlahnya, atau karena perkembangan tingkat tehnologi yang sangat rendah. Termasuk didalamnya adalah kemiskinan akibat jumlah penduduk yang melaju dengan pesat di tengah- tengah sumber daya alam yang tetap. 2. Kemiskinan structural, Kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial sedemikian rupa, sehingga masyarakat itu tidak dapat menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan struktural ini terjadi karena kelembagaan yang ada membuat anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas- fasilitas secara merata. Dengan perkataan lain kemiskinan ini tidak ada hubungannya dengan kelangkaan sumber daya alam. 3. Kemiskinan cultural, Kemiskinan yang muncul karena tuntutan tradisi / adat yang membebani ekonomi masyarakat, seperti upacara perkawinan, kematian atau pesta pesta adat lainnya.termasuk juga dalam hal ini sikap mentalitas penduduk yang lamban, malas, konsumtif serta kurang berorientasi ke masa depan.
Kondisi Kemiskinan di Indonesia Saat Ini

Kita menyadari bahwa kemajuan ekonomi, sosial dan budaya telah mendapat perhatian internasional melalui pengesahan konvensi PBB Hak-Hak Ekosob. Meskipun pemerintah telah berupaya meningkatkan kesejahteraan umum, namun gambaran sosial ekonomi negara kita sangat memprihatinkan. Jumlah Penganggur di Indonesia saat ini mencapai angka 6.32% atau setara dengan 7,61 juta penduduk, bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita seperti Singapura 2,1%, Malaysia 3%, Philipina 6%. Sedangkan Jumlah Kemiskinan di Indonesia tahun 2012 mencapai 12% atau sebanyak 30 juta orang, bahkan provinsi lain seperti Papua 31%, NTT 21,23%, Maluku 23% dan DIY 16,08%. Sementara Tingkat Partisipasi Pendidikan di Indonesia rata-rata nasional 97% namun kondisi sangat memprihatinkan bila melihat Provinsi Papua hanya 76%, NTT 88%, NTB 82 %. Demikian pula angka kematian bayi juga mencapai 40% dan angka kematian Ibu mencapai 56%. Human Development Indonesia (HDI) pada tahun 2010 mencapai rata-rata nasional 72, namun dari 33 Provinsi di Indonesia hanya 17 provinsi yang lebih tinggi dari rata-rata nasional, sedangkan 16 provinsi lainnya masih dibawah 72 atau rata-rata nasional. Bahkan pada tahun 2011 Human Development Indonesia berada di urutan ke 124 dari uritan 108 di tahun 2010. Oleh karena itu maka tidak mengherankan jika tingkat kemampuan daya saing Indonesia turun 4 digit dari 46 menjadi 50.
Pada tahun 2012,Anggaran yang berorientasi pada pengentasan pengangguran meskipun mencapai 47 trilyun, namun anggaran tersebut tidak terfokus pada pengentasan pengangguran itu sendiri sehingga pemerintah hanya menargetkan pengentasan pengangguran untuk tahun 2012 hanya memncapai 500 ribu orang atau berkurang setengah persen dari 12% menjadi 11.5%. 

Daftar Pustaka


1.     Emil Salim, Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan, tp. Jakarta, 1984
2.     http://www.damandiri.or.id/file/ninghandayaniumsaddbab2.pdf
3.     Mubyarto, Prospek Perdesaan, Pusat P3K UGM, Yogyakarta, 1990
4.     Suparlan, Parsudi,. Kemiskinan di Perkotaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1993
5.     Tjiptoherijanto, Priyono,  Menghapus Kemiskinan Perdesaan,tp. Jakarta. 1997
6.     Umar Juoro, Masalah Terdepan Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia, Penerbit Alumni, Jakarta. 1985
Tjiptoherijanto, Priyono,  Menghapus Kemiskinan Perdesaan,tp. Jakarta. 1997. Hal.76
Suparlan, Parsudi,. Kemiskinan di Perkotaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1993. Hal. 5
Suparlan, Ibid.  5
Suparlan, Ibid.3
Mubyarto, Prospek Perdesaan, Pusat P3K UGM, Yogyakarta, 1990, hal. 159
Emil Salim, Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan, tp. Jakarta, 1984, Hal. 61
Salim, Ibid 63
Umar Juoro, Masalah Terdepan Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia, Penerbit Alumni, Jakarta. 1985, hal.8
http://www.damandiri.or.id/file/ninghandayaniumsaddbab2.pdf

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com